Banyak di antara kita yang sering
bertanya2 tentang bagaimana sebenarnya cara juri menilai burung dalam lomba.
Pada dasarnya, telah ada standar penilaian dalam lomba burung berkicau, yang
digunakan secara sama oleh juri2, baik di asosiasi PBI atau asosiasi lain yang
ada banyak di Indonesia. Di sini saya sekadar memberikan garis besarnya saja.
Lembar penilaian yang dipegang juri,
pada umumnya terdiri dari lima kolom yang membujur ke bawah. Pada bagian atas
sendiri, tertulis nama perhimpunan/asosiasi jurinya.
Di bawahnya tertera
Jenis
Burung : ........….(diisi juri);
Nama : ….........(Nama juri) dan
Alamat : ….........(Alamat juri).
Di bawahnya
lagi terdapat lima kolom yang membujur ke bawah.
Kolom pertama berisi nomor
urut (nomor gantangan burung).
Kolom kedua dan selanjutnya berturut2 adalah
kolom :
IRAMA/LAGU,
VOLUME/SUARA,
FISIK/GAYA dan
JUMLAH
(jumlah nilai).
Prosentase terbesar penilaian adalah
pada IRAMA/LAGU, disusul kemudian oleh VOLUME/SUARA dan FISIK/GAYA.
Dalam IRAMA/LAGU, hal utama
yang dinilai adalah variasi suara dan speed. Semakin banyak
variasi suara, semakin tinggi nilainya. Semakin cepat irama/lagunya, semakin
tinggi nilainya.
Dalam VOLUME/SUARA, semakin
keras suaranya, semakin tinggi nilainya.
Dalam FISIK/GAYA, juri
melihat bagaimana gerak dan olah tubuh si burung.
Masing-masing kolom sudah ada nilai maksimalnya sendiri yang berbeda2. Untuk irama/lagu, nilai maksimal dalam BABAK PENYISIHAN adalah 35; volume/suara 23 dan fisik/gaya 22. Sedangkan pada BABAK FINAL adalah 38, 24 dan 23.
Pada lomba yang tidak melalui babak
penyisihan, maka nilai diberikan seperti halnya pada babak final yakni 38, 24
dan 23.
Dalam hal irama/lagu, untuk burung2
tertentu dinilai ngerol tidaknya (misal AK, AM, BT), ngropel tidaknya (CR) dan
variasi dari isian ngerolnya tersebut. Dalam hal fisik/gaya, juga ada patokan umum yang dipakai. Untuk AM misalnya,
secara umum yang dianggap bagus adalah yang teler, ketika teler ini gerak
kepala nyacah (kayak mematuk2 kekiri dan kekanan) dan suara keluar; ekor gerak2
buka-tutup, mbebek dan sebagainya. Untuk MB atau tledekan misalnya, dilihat
pergerakan ekornya dan ketenangan saat berkicau. Sedangkan untuk kenari atau BT
misalnya, dilihat bukaan sayapnya. Semakin membuka sayap dan juga gerak
kiri-kanannya rajin, dianggap bagus (tetapi memang lain dengan patokan yang
dipakai oleh Papburi).
Meskipun secara umum banyak hal yang
dinilai dalam lomba, TETAPI BIASANYA, penilaian juri DIDASARKAN PADA
IRAMA/LAGU. Oleh karena itu dalam banyak event, hanya kolom irama/lagu yang
diisi secara berbeda oleh juri. Sedangkan kolom volume/suara dan fisik/gaya,
biasanya diisi semua dengan nilai maksimal (kecuali burungnya tidak bunyi/gerak
sama sekali; nilainya nol/kosong).
Tiga kali kontrolan
Untuk diketahui pula, ketika menilai burung, juri biasanya mutar sebanyak 3 kali. Pertama untuk mengontrol burung bunyi apa tidak (sembari menancapkan bendera2 kecil). Mutar kedua, untuk memberi nilai awal. Dalam memberi nilai ini, untuk babak final ataupun babak yang tidak melalui tahap penyisihan, juri akan memberi nilai umum 37 atau 37,5 untuk semua burung yang bunyi, bagaimanapun bunyinya. Sedangkan untuk burung yang sudah terlihat bagus dalam hal irama/lagunya, maka juri akan memberi nilai maksimal 38.
Untuk diketahui pula, ketika menilai burung, juri biasanya mutar sebanyak 3 kali. Pertama untuk mengontrol burung bunyi apa tidak (sembari menancapkan bendera2 kecil). Mutar kedua, untuk memberi nilai awal. Dalam memberi nilai ini, untuk babak final ataupun babak yang tidak melalui tahap penyisihan, juri akan memberi nilai umum 37 atau 37,5 untuk semua burung yang bunyi, bagaimanapun bunyinya. Sedangkan untuk burung yang sudah terlihat bagus dalam hal irama/lagunya, maka juri akan memberi nilai maksimal 38.
Penilaian itu dilanjutkan untuk
mutar yang ketiga, yaitu untuk mengontrol burung2 yang bernilai 38, yakni untuk
dibandingkan, mana yang pantas diberi bendera favorit A, B atau C. Ketika
diketahui ada 6 atau 10 atau berapapun burung yg punya nilai sama2 maksimal
pada irama/lagu, maka juri membandingkan bagaimana halnya dengan
volume/suaranya. Jika kedua variabel itu sama, maka akan dilihat varia bel
ketiga, yakni fisik/gaya.
Namun pada umumnya pula, dua
variabel terakhir tidak dipakai. Maka ketika ada burung sama-sama punya nilai
maksimal 38 pada irama/lagu, maka juri akan melihat lebih jauh lagi ttg speed
dan variasi agunya. Burung X misalnya, speednya bagus tetapi variasinya kalah
dg Y, atau sebaliknya, maka berdiskusilah para juri. Dalam hal diskusi ini,
maka suara JURI SENIOR sangat menentukan hasil akhir penilaian. Biasanya pula,
juri senior atau yang diseniorkan ini diambilkan juri yang berpengalaman dan
berkredibilitas tinggi.
Apapun keputusan tim juri, mereka
harus bisa mempertanggungjawabkan hasil penilaiannya dan bisa memberikan
argumen yang tepat ketika ditanya peserta yang protes.
Perlu saya tambahkan, meskipun di
sana ada juri yang diseniorkan, tetap saja ada juri2 tertentu yang bersikukuh
pada pendapatnya (berdasar argumen yang kuat juga), dan memberikan bendera
A-nya untuk burung yang berbeda dengan yang ditunjuk juri senior. Dalam hal
inilah mengapa sering terjadi bendera favorit A atau B atau C tidak jatuh pada burung
yang sama.
Jumlah bendera
Untuk menentukan juara 1, 2 dan 3, maka akan dilihat jumlah bendera A terbanyak. Untuk menetukan juara 2, dilihat jumlah bendera B terbanyak, dan satu burung lainnya akan menjadi nomor 3.
Untuk menentukan juara 1, 2 dan 3, maka akan dilihat jumlah bendera A terbanyak. Untuk menetukan juara 2, dilihat jumlah bendera B terbanyak, dan satu burung lainnya akan menjadi nomor 3.
Pada kebanyakan lomba, kejuaraan
burung diurutkan sampai nomor 10 (10 besar). Untuk menentukan urutan 4-10,
dilihat perolehan jumlah nilai masing-masing pada kolom irama/lagu (penjumlahan
dari penilaian semua juri).
Nilai tertinggi mendapat gelar juara
4 dan seterusnya. Pada kasus perolehan nilai sama, misalnya ada enam burung
sisanya (dari 10 besar) yang bernilai sama, maka dilakukan tos (undian). Jadi
dalam hal tos ini, bisa dikatakan bahwa burung juara 5 s.d. 10 berkualitas
sama.
Demikian kawan2, sekelumit gambaran
tentang cara juri menilai dalam lomba burung berkicau. Semoga pengetahuan
sekilas ini bermanfaat untuk Anda. Mohon dikoreksi kalau salah.
ARTIKEL TERKAIT
Berkaitan dengan pernilaian lomba
burung ini, Om Irvan Sadewa juga menulis di smartmastering.com,
hal yang sama. Berikut ini:
Penghobi burung yang mulai
menapakkan kakinya di Lapangan Lomba (Arena Lomba), di samping harus
berkonsentrasi membentuk gacoannya agar tampil bagus di lomba, sebaiknya juga
harus mengetahui apa saja yang menjadi Kriteria Dasar Penilaian Lomba Burung
Berkicau. Hal ini menjadi hal yang sangat penting, agar rekan-rekan pelomba
bisa mem-fokuskan perawatan burung (gacoan) pada point-point utama yang menjadi
penilaian.
Ada 3 Kriteria Dasar Penilaian Lomba
Burung Berkicau yang sudah sejak lama disepakati bersama, yaitu:
1. Irama dan Lagu (ini menjadi
penilaian yang utama)
Irama lagu adalah suatu bunyi yang memiliki alunan nada dengan tempo ketukan yang teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turunnya nada, kombinasi panjang pendeknya nada dan permainan speed irama yang menjadi harmoni selaras (suatu lagu) yang enak didengar (tidak fals). Irama lagu yang baik adalah irama lagu yang lengkap (bervariasi, keaktifan bunyi atau gacor, ada tonjolan, permainan speed ritme lagu, spasi nada, isian-isian yang sesuai dengan nada-nada yang lain, tidak terpotong-potong dan tidak diulang-ulang). Irama lagu juga harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis. Disamping itu, burung harus rajin melantunkan irama-irama lagu yang memukau sewaktu Lomba. Terlalu lama ngetem dan sering ngetem (kurang rajin berkicau), menjadi salah satu aspek penilaian di point ini.
Irama lagu adalah suatu bunyi yang memiliki alunan nada dengan tempo ketukan yang teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turunnya nada, kombinasi panjang pendeknya nada dan permainan speed irama yang menjadi harmoni selaras (suatu lagu) yang enak didengar (tidak fals). Irama lagu yang baik adalah irama lagu yang lengkap (bervariasi, keaktifan bunyi atau gacor, ada tonjolan, permainan speed ritme lagu, spasi nada, isian-isian yang sesuai dengan nada-nada yang lain, tidak terpotong-potong dan tidak diulang-ulang). Irama lagu juga harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis. Disamping itu, burung harus rajin melantunkan irama-irama lagu yang memukau sewaktu Lomba. Terlalu lama ngetem dan sering ngetem (kurang rajin berkicau), menjadi salah satu aspek penilaian di point ini.
2. Volume dan Suara (suara harus
bersih, nyaring dan lantang)
Volume suara disini bukanlah berarti “peak power” atau hanya kerasnya bunyi suara burung, tetapi lebih menitik beratkan kepada kualitas suara burung. Bukan volume suara yang paling keraslah yang baik, tetapi harus ada unsur-unsur lainnya seperti kemerduan suara. Kualitas volume suara burung yang baik adalah suara burung yang empuk (medium) tidak cempreng, suaranya bersih (kristal) tidak parau dan bersuara nyaring (lantang).
Volume suara disini bukanlah berarti “peak power” atau hanya kerasnya bunyi suara burung, tetapi lebih menitik beratkan kepada kualitas suara burung. Bukan volume suara yang paling keraslah yang baik, tetapi harus ada unsur-unsur lainnya seperti kemerduan suara. Kualitas volume suara burung yang baik adalah suara burung yang empuk (medium) tidak cempreng, suaranya bersih (kristal) tidak parau dan bersuara nyaring (lantang).
3. Fisik dan Gaya (burung tampil
dengan baik dan menarik)
Penilaian Fisik dan Gaya Burung meliputi :
3.1 Untuk penilaian Fisik dapat dilakukan dengan penglihatan secara langsung.
Penilaian Fisik dan Gaya Burung meliputi :
3.1 Untuk penilaian Fisik dapat dilakukan dengan penglihatan secara langsung.
Yaitu burung harus sehat, tidak ada cacat (burung dalam kondisi utuh), warna
bulu burung yang baik dan sempurna (bulu tidak kusam) dan lainnya yang bisa
terlihat.
3.2 Untuk penilaian Gaya, ini sangat dinamis tergantung masing-masing karakter jenis burung.
3.2 Untuk penilaian Gaya, ini sangat dinamis tergantung masing-masing karakter jenis burung.
Tapi intinya, burung bunyi (berkicau) di atas tangkringan dan
tampil menarik sewaktu berkicau.
Sebagai contoh :
Kalau hanya bisa berteriak dan bersuara keras saja, belum tentu bisa bernyanyi dengan baik (belum tentu enak membawakan lagu). Contohnya seorang sahabat saya yang kerjanya sebagai Kernet Bis, teriakannya sangat lantang..!! Bentakannya bikin jantung mau copot.! Tapi kalau dia nyanyi..?? Hahaha… Semua orang protes… Lagunya sangat tidak enak di kuping… Hehehehe.. Sebaliknya, Vina Panduwinata memang tidak punya “peak power” seperti teman saya yang Kernet diatas, tapi nyanyiannya bisa membius siapapun yang mendengarnya. Sudah mengerti yang saya maksudkan..??
Kalau hanya bisa berteriak dan bersuara keras saja, belum tentu bisa bernyanyi dengan baik (belum tentu enak membawakan lagu). Contohnya seorang sahabat saya yang kerjanya sebagai Kernet Bis, teriakannya sangat lantang..!! Bentakannya bikin jantung mau copot.! Tapi kalau dia nyanyi..?? Hahaha… Semua orang protes… Lagunya sangat tidak enak di kuping… Hehehehe.. Sebaliknya, Vina Panduwinata memang tidak punya “peak power” seperti teman saya yang Kernet diatas, tapi nyanyiannya bisa membius siapapun yang mendengarnya. Sudah mengerti yang saya maksudkan..??
Kesimpulan
Lomba Burung Berkicau adalah Lomba Burung Bernyanyi (Berkicau). Lomba Burung Berkicau bisa diartikan juga Lomba Seni Suara Burung. Tentunya yang menjadi penilaian paling utama adalah kualitas berkicaunya (irama lagu) burung. Bukan gaya jogetnya burung, bukan kandang burung yang bikin mata silau dan bukan apa/siapa pemilik burung tersebut.
Lomba Burung Berkicau adalah Lomba Burung Bernyanyi (Berkicau). Lomba Burung Berkicau bisa diartikan juga Lomba Seni Suara Burung. Tentunya yang menjadi penilaian paling utama adalah kualitas berkicaunya (irama lagu) burung. Bukan gaya jogetnya burung, bukan kandang burung yang bikin mata silau dan bukan apa/siapa pemilik burung tersebut.
Dari paparan di atas, hal terpenting
yang harus kita perhatikan untuk mencetak burung yang berprestasi di Arena
Lomba, adalah aspek kualitas irama lagu. Irama lagu burung yang menawan, tidak
muncul tiba-tiba dengan sendirinya, burung harus dimaster secara tepat.
Catatan
Untuk dapat mengoptimalkan 3 Kriteria Dasar Penilaian diatas, memang selayaknya Lomba Burung Berkicau adalah LOMBA TANPA TERIAK. Agar kualitas irama lagu burung-burung yang di lombakan, benar-benar dapat (dan bisa) di analisa dan dinilai secara baik oleh para juri.
Untuk dapat mengoptimalkan 3 Kriteria Dasar Penilaian diatas, memang selayaknya Lomba Burung Berkicau adalah LOMBA TANPA TERIAK. Agar kualitas irama lagu burung-burung yang di lombakan, benar-benar dapat (dan bisa) di analisa dan dinilai secara baik oleh para juri.
VERSI PAPBURI
Sedikit berbeda dengan penilaian
lomba burung lain, lomba burung di Papburi khususnya untuk kelas kenari, memang
menekankan penilaian pada suara isian hasil pemasteran. Perbedaan itu tercermin
dari sebuah artikel yang dimuat di papburisolo.co.cc (Variasi lagu dalam sistem penjurian Papburi).
Disebutkan, beberapa pendapat
mengatakan variasi lagu merupakan tolok ukur kualitas burung masteran.
Dibanding beberapa point penilaian lain variasi lagu ini mempunyai bobot nilai
yang lebih tinggi, pertimbangannnya tentu didasarkan pada usaha yang dilakukan
pemilik untuk dapat berhasil memaster burung kesayangannya. Masa ke masa
mengenai pemasteran memang kadang berubah, namun perubahan hanya pada jenis
bahan masteran itu sendiri, sedangkan usaha menjadikan burung berkualitas
master tetap dilakukan.
Pemasteran burung (khususnya kenari)
sudah menunjukkan gaungnya. Berbagai upaya dan percobaan juga sudah banyak
dilakukan, lalu bagaimana sebenarnya yang mendapatkan nilai tinggi dalam lomba?
Sebenarnya variasi lagu ini terbagi dari beberapa sudut penilaian, antara lain
seperti :
- Burung dapat melagukan suara persis seperti masterannya misalnya dimaster dengan prenjak, ciblek dsb
- Burung mampu menirukan suara lain namun tidak persis seperti masternya
- Burung mampu merangkai suara masterannya dan terkombinasi dengan suara asli
- Kombinasi suara asli dengan suara master menjadikannya jadi bersuara unik
Contoh di atas mempunyai nilai yang
lebih daripada tanpa masteran sama sekali, tentunya ini berkaitan dengan juri
dalam menilai.
Penekanan terkait variasi lagu ini
dirasa penting karena dalam sistem penjurian Papburi point ini sangat
menentukan, hingga dalam suatu penilaian jika terjadi jumlah nilai yang sama
maka variasi lagulah yang menentukan seperti contoh di bawah:
No.
|
Volume
|
Variasi Lagu
|
Panjang / Pendek Lagu
|
Kerajinan
|
Penampilan / Gaya
|
Total
|
A1
|
7.2
|
7.3
|
6.5
|
7
|
6.8
|
34.8
|
A2
|
7
|
7.6
|
6.4
|
6.8
|
7
|
34.8
|
Maka pemenangnya adalah no: A2
Dalam lomba Papburi memang dicari burung burung
hasil pemasteran karena selain menghargai jerih payah pemaster juga memberikan
nuansa lain karena banyaknya jenis kenari, dengan ini juga dapat diketahui
kemampuan keturunan berkualitas dari berbagai penangkaran. Banyaknya jenis
penangkaran inilah akhirnya turut andil menyumbang suara suara baru ataupun
alunan lagu asing yang kadang membuat semuanya terkesima. Semoga bermanfaat
Komunitas Black Tail (Kombat)
kalau menurut bapak lomba burung halal atau haram ?
BalasHapus