Banyak kritik ditujukan kepada Yayasan BnR yang beberapa oknum jurinya dalam lomba burung sering dituding hanya memenangkan burung “kelompok sendiri”. Tetapi sebagai penghobi burung “kelas bebas”, saya justru lebih bisa menikmati dinamika dunia hobi burung belakangan ini karena pusat kiprah burung tidak hanya tertuju pada satu organisasi, PBI misalnya.
Kalau kritik terhadap kinerja juri BnR, barang kali bisa saya anggap angin lalu karena nyaris di semua event lomba burung, bisa dikatakan tidak ada penilaian yang bisa diberikan dan diterima secara obyektif oleh para pihak yang terlibat. Ada saja cela, ada saja kecurangan yang ditudingkan dan otomatis memunculkan sanggahan sebagai “bumper”.
Tidak PBI, tidak BnR, tidak juga pihak yang mengaku independen bisa memberikan kepuasan kepada semua pihak. Masing-masing punya kelemahan dan masing-masing punya kekuatan dan nilai positif.
Dalam tataran ideal, PBI yang notabene adalah kependekan dari Pelestari Burung Indonesia, selama ini malah lebih banyak berkiprah pada dunia lomba dan tidak atau kurang memperhatikan masalah konservasi. Sejauh ini, realisasi kebijkannya untuk menerjemahkan visi sebagai “pelestari burung” terbatas pada melarang digelarnya lomba burung-burung jenis tertentu yang diduga sudah menipis keberadaannya di alam.
Beberapa ajang seminar breeding yang digelar oleh event organizer tertentu pada beberapa tahun lalu, dan mengaku di-back up PBI, justru memunculkan kritik karena para pembicaranya lebih mementingkan “menjual indukan” ketimbang membagi ilmu secara terbuka.
Tetapi minimal, PBI pusat telah berusaha untuk menegakkan visi dan misi organisasi dengan membatasi jenis-jenis burung yang dilombakan untuk mengerem laju kepunahan jenis burung tertentu. Kalau ini dikatakan sebagai nilai plus PBI, ya masukkan saja ini sebagai poin plus.
Kiprah BnR
Bagaimana dengan BnR? BnR di bawah kepemimpinan Bang Boy bisa diacungi jempol dalam gebrakan-gebrakan yang mengejutkan. Terlepas dari banyak kritik yang tertuju pada yayasan ini, sebagai penghobi burung “kelas bebas” saya hanya senyum-senyum saja.
Kemunculan BnR bisa dikatakan sebagai shock therapy kemandekan dunia hobi burung. Kompetisi semakin ketat, dan tidak ada lagi monopoli “kebijakan perburungan” di dunia lomba.
Hanya saja saya sering tersenyum juga melihat klaim yang disampaikan pihak BnR, minimal dari tulisan-tulisan para redaktur Majalah BnR, atas “keberhasilan” BnR. Pada suatu kesempatan misalnya, saya membaca sebuah artikel yang menyebutkan ramainya dunia penangkaran murai batu tahun-tahun belakangan ini adalah berkat kepeloporan BnR di bawah komando Bang Boy.
Membaca hal itu, tentu saja saya tersenyum kecut. Bagaimana bisa BnR mengklaim demikian padahal jauh hari sebelum BnR lahir, sudah banyak betebaran breeder murai batu di negeri ini. Kalau saat ini BnR banyak mengeluarkan murai batu ring yang identitik dengan hasil penangkaran, maka itulah keberhasilan para penangkar murai batu yang berada di bawah apa yang BnR sebut sebagai Persatuan Penangkar Yayasan BnR (P2YB).
Para penangkar di P2YB bukanlah orang kemarin sore di bidang penangkaran. Artinya BnR tidak merekrut orang yang awam lantas bisa menjadi kampiun di penangkaran berkat didikan BnR. Mereka adalah para penangkar yang kemudian disupport pemasarannya (kalau orang bilang “diborong” anakannya dan dilabel dengan ring BnR).
Dalam konteks ini, naga-naganya bukan para penangkar yang dibesarkan BnR, tetapi malah sebaliknya, sedikit banyak BnR menjadi besar karena dukungan para breeder kawakan. Sebuah sember yang sangat bisa dipercaya justru mangatakan bahwa proyek breeding milik BnR sendiri sebenarnya tidak begitu sukses (untuk tidak mengatakan sebagai “gagal”).
Sementara kalau ada kritik tentang sepak terjang BnR yang mencoba memonopoli dunia perburungan melalui gelontoran berbagai produk yang berkaitan dengan dunia burung di pasaran, dan disebut sebagai dipaksakan, maka sebagai penghobi burung “kelas bebas” saya hanya tersenyum saja. Bagi saya, itu wajar sajalah. Namanya juga tidak ada orang yang mau mengeluarkan modal kok hanya untuk menjadi sia-sia. Kalau Anda bertanya apakah ujung-ujungnya duit, maka saya hanya bilang, “Itu halal kok… Hehehehe.”
Jadi, begitulah sekadar catatan saya yang saya labeli “Plus minus PBI dan BnR di mata saya”. Kalau Anda tidak setuju, silakan sampaikan pendapat Anda.
Kalau saya melenceng mohon diluruskan, kalau saya salah mohon dimaafkan.
KOMBAT
created by : www.omkicau.com
created by : www.omkicau.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar